DESA
TAWANGANOM
Batas Wilayah:
1.
Timur: Kel Sukowinangun
2.
Utara: Milangasri, Cepoko
3.
Selatan: Kel Selosari,
Sukowinagun
4.
Barat: Desa Terung
Sejarah Desa:
ASAL
USUL
DESA
TAWANGANOM, MAGETAN
DONGENG:
RADEN RORO MAMBU
Kurang lebih tahun 1600 dukuh
Nanom desa Tawang Anom yang sekarang ini, merupakan Kadipaten, yakni Kadipaten
Nanom. Pada saat itu yang menjadi Adipati adalah Mbah Amir atau Mbah Karjo
Sari. Dalam Pemerintahannya, beliau mengutamakan bidang pertanian dan kerohanian.
Beliau adalah seorang sesepuh yang memiliki kewibawaan tinggi di mata
masyarakat. Selalu mendekatkan diri kepada Hyang Murbeng Dumadi. Mbah Amir
sangat tebal kepercayaannya serta keyakinannya hidup manusia adalah karena
Tuhan semata. Karena itulah maka taqwa merupakan kewajiban khususnya, dan
manusia pada umumnya. Kepercayaan serta keyakinan inilah yang oleh Mbah Amir
yang diajarkan kepada masyarakat Dukuh Nanom. Jadi tidaklah mengherankan
apabila pada waktu itu penduduk kadipaten Nanom menyembah kepada Tuhan dan
mengutamakan kesucian. Kejujuran menurutnya merupakan salah satu modal utama
untuk mengabdi kepada tuhan. Masyarakat setempat gemar bekerja keras, khususnya
dibidang pertanian guna kelestarian hidupnya.
Pada tahun 1615 beliau meninggal
dunia dan dimakamkan di dukuh Tawang seblah barat. Makam tersebut oleh sebagian
penduduk setempat merupakan makam keramat. Oleh sebab itu mereka mengadakan
upacara adat berupa bersih desa dalam bentuk yang sederhana. Maka ziarah ke
makam itu dengan maksud agar Tuhan memberkahi jiwa semangat kejujuran almarhum
kepada mereka semua dan semoga tuhan menghindarkan mereka dari kesulitan hidup.
Upacara ini ditandai dengan ubarampe selamatan ke makam tersebut ala kadarnya.
Mbah Amir meninggalkan 2 putra
anak yakni yang pertama Wironandi, yang kedua Wiroamir dan satu orang putri
yakni Roro Mambu. Waktu ditinggalkan alm Mbah Amir, ketiga orang tersebut sudah
dewasa. Putri Roro Mambu terkenal berwajah cantik dan rupawan. Dia selalu
menjadi buah bibir penduduk-penduduk setempat. Banyak Remaja terpikat hatinya
dan ingin memperistri Roro Mambu. Bahkan Kanjeng Sinuhun Raja Surakarta
Handinigrat yang Jumeneng pada waktu itu “kepranan penggalihe dan ingin
mempersunting sang putri sebagai garwo selir”.
Maka suatu hari raja Surakarta
mengirim utusan ke Kadipaten Nanom untuk melamar Putri Roro Mambu. Lamaran ini
oleh keluarga alm Amir diterima. Diwakili oleh Wironandi, mengizinkan adiknya
dijadikan garwo selir sinuhun dengan syarat bahwa Wironandi diangkat menjadi
Adipati didukuh Nanom menggantikan kedudukan ayahnya. Raja mengabulkan
permintaan tersebut.
Ingsun lilani Wironandi jadi
Adipatu di dukuh Nanom dengan menggantikan kedudukan alm ayanhnya. Untuk
menetapkan kedudukan Wironandi menjadi Adipati di dukuh Nanom, maka Raja mengutus
salah satu kerabat keraton untuk mengesahkan kedudukan Wironandi. Sedangkan
Wiroamir menjadi Demang di Dukuh Tawang dengan sebutan KI Ageng Tawang. Putri
Roro Mambu diboyong ke Surakarta dan resmi menjadi garwo selir.
Sikap Wironandi berbeda dengan sifat
ayahnya yang tekun, cerdik dan memiliki kewibawaan yang tinggi. Dia sangat
angkuh dan kurang memperhatikan rakyatnya. Masyarakat akhirnya tidak simpatik
dengan kepemimpinannya yang bersikap acuh tak acuh. Sampai-sampai Wironandi
tidak memperhatikan nasib adik perempuannya yang berada di keraton Surakarta.
Namun Wiroamir mendengar kabar
kalau adiknya Roro Mambu yang merana di Keraton. Terhadap berita ini Wiroamir
segera berangkat ke Surakarta untuk membuktikan kenyataannya. Ternyata berita
itu benar adiknya sangat merana di keraton. Raja tidak memperhatikan garwo
selirnya ini. Keadaan ini dismpaikan kepada Wironandi. Tetapi kakaknya tidak
percaya dengan laporan adiknya. Sehingga
terjadi cekcok mulut. Wiroamir menyampaikan keadaan yang sebernarnya bahwa adiknya
diterlantarkan oleh Raja. Akhirnya terjadi pertarungan hebat antara Wironandi
dengan Wiroamir.
Kemampuan perang masing – masing
sudah terlatih, mulai jurus ringan sampai jurus berat, saling disajikan dalam
menggempur pertahanan lawan. Tidak hanya itu saja, ilmu gaib yang sudah
tersimpan dihati sanubari masing-masing yang sebenarnya tidak perlu
dimanfaatkan dalam menghadapi lawan, terpaksa digunakan dalam adu kekuatan ini.
Mereka sangat jengkel karena mereka memiliki kekuatan yang sama. Akhirnya mereka
menggunakan benda tajam, mereka saling mencari kelemahan lawan dan mengibas –
ibaskan senjatanya. Wironandi akhirnya lengah dan akhirnya meninggal dunia.
Kaki Wironandi yang putus akhirnya ditanam dan tumbuh pohon bulu. Wiroamir
akhirnya melanjutkan kedudukan kakaknya di Dukuh Nanom & Dukuh Tawang lalu
digabung menjadi Tawanganom.
Putri Roro Mambu akhirnya
melarikan diri dari keraton dan kembali ke Dukuh Tawang. Karena kesaktian dan
kecantikan Roro Mambu masih menjadi rebutan para remaja di desa Tawanganom dan
Kepolorejo.
0 komentar:
Posting Komentar